SELAMAT DATANG

Selasa, 26 April 2011

Bersyukur Dalam Badai

Ini sedikit cerita buat kita2 semua yang sudah action namun belum sesuai dengan harapan, cerita dari sahabat saya TDA bandung, semoga bermanfaat:

Ada seorang pria yang putus asa & mau meninggalkan segalanya. Meninggalkan pekerjaan, hubungan & berhenti hidup.

Lalu ia pergi ke hutan untuk bicara yg terakhir kalinya dgn Tuhan,
“Apakah Tuhan bisa memberi saya satu alasan yg baik untuk jangan berhenti hidup & menyerah ?”

Jawaban Tuhan sangat mengejutkan,
“Coba lihat ke sekitarmu...
Apakah kamu melihat pakis & bambu ?”

“Ya” jawab pria itu.

“Ketika menanam benih pakis & benih bambu,
AKU merawat keduanya secara sangat baik.
AKU memberi keduanya cahaya,
memberikan air.
Pakis tumbuh cepat di bumi,
daunnya yg hijau segar menutupi permukaan tanah hutan. Sementara itu benih bambu tidak menghasilkan apapun,
tapi AKU tidak menyerah.

Pada tahun kedua,
pakis tumbuh makin subur dan banyak,
tapi belum ada juga yg muncul dari benih bambu.
Tapi Aku tidak menyerah.

Di tahun ketiga,
benih bambu belum juga memunculkan sesuatu,
tapi Aku tidak menyerah.

Di tahun keempat,
masih juga belum ada apapun dari benih bambu.
Aku tidak menyerah” kata TUHAN

“Di tahun kelima, muncul sebuah tunas kecil.
Dibanding dengan pohon pakis, tunas itu tampak kecil dan tidak bermakna.

Tapi 6 bulan kemudian, bambu itu menjulang sampai 100 kaki.
Untuk menumbuhkan akar itu perlu waktu 5 tahun.
Akar ini membuat bambu kuat & memberi apa yang diperlukan bambu untuk bertahan hidup.

AKU tak akan memberi cobaan yg tak sangup diatasi ciptaan-Ku“ kata TUHAN kepada pria itu.

“Tahukah kamu, hamba-Ku...
Di saat menghadapi semua kesulitan & perjuangan berat ini, kamu sebenarnya menumbuhkan akar-akar?”

“AKU tidak meninggalkan bambu itu,
AKU juga tak akan meninggalkanmu”

“Jangan membandingkan diri sendiri dengan orang lain,” kata Tuhan.

“Bambu mempunyai tujuan yang beda dgn pakis,
Tapi keduanya membuat hutan menjadi indah”

Hidup bukan mengenai
"menunggu badai berlalu"
tetapi bagaimana belajar
"Mengucap syukur dalam badai....".

Selasa, 12 April 2011

Jeli Memetik Peluang Bisnis Sandal dari Limbah Kelapa


Kejelian menangkap bisnis kerap kali membuat orang sukses menjadi wirausahawan. Hal ini lah yang dialami oleh Unardi perajin sandal dari limbah tempurung kelapa asal Purbalingga, Jawa Tengah.

Unardi mengungkapkan, ide membuat sandal tempurung kelapa muncul begitu saja. Inspirasinya berawal saat melihat potongan sisa tempurung yang telah dibuat berbagai macam kerajinan. Daripada potongan tempurung kecil-kecil tidak dipakai, ia lantas dimanfaatkan dengan cara dirangkai secara vertikal dan direkatkan dengan rem.

”Kebanyakan pesanan sandal tempurung untuk souvenir. Selain itu juga sejumlah pedagang dari luar kota seperti dari Bali, Jakarta dan Bandung, memesan sandal tempurung dari kami,” kata Unardi, Jumat (08/04/2011).

Selama ini alas kaki sandal kebanyakan dibuat dari karet atau bahan plastik. Produk milik Unardi ini justru memiliki ciri khas tersendiri, sehingga tak heran sandal Made in Purbalingga ini laris manis di banyak kota di Tanah Air.

Sandal ini ternyata diminati konsumen dari luar kota seperti Jakarta, Bandung dan Bali. Sementara di penjualan lokal, tidak begitu banyak dikenal. Bisa jadi, sandal tempurung buatan Purbalingga ini justru tidak banyak diketahui jika orang berasal dari Purbalingga.

Unardi menuturkan meski berbahan dasar sebagian besar dari tempurung kelapa, namun bagian alas sandal tetap menggunakan bahan karet atau plastik, sesuai selera konsumen. Sementara bagian pengikat kaki, juga sama dengan sandal lainnya. Tempurung hanya digunakan pada pelapis alas sandal.

Harga sepasang sandal ini juga tidak begitu mahal, cukup merogoh Rp 25.000, anda sudah bisa membawa pulang sepasang sandal unik ini. Harga itu berlaku untuk jenis sandal ukuran apa saja.

”Kami juga terus didorong oleh Disperindagkop Kabupaten Purbalingga untuk terus membuat produk-produk yang unik dan belum ada di masyarakat. Seperti sandal tempurung, juga meja tempurung, tempat tisue, kap lampu, asbak, tempat minuman dan sejumlah produk lainnya,” katanya.

Ketua kelompok pengrajin tempurung 'Manunggal Karya' Sutrisno mengatakan kini ia memiliki 42 orang anggota. Setidaknya ada 34 macam hasil kerajinan yang diproduksi dan dijual ke pasaran di sejumlah kota besar.

Hasil kerajinan ini sebagian besar untuk keperluan rumah tangga seperti irus, centong, sendok kayu kelapa, piring kayu, ciri dan penghalus sambal, jam tempurung dan sebagainya. Bahan dasar yang digunakan selain limbah tempurung, juga potongan kayu kelapa (glugu), dan potongan kayu melinjo.

”Kami secara terus menerus mendapat dukungan promosi dari Pemerintah Kababupaten Purbalingga melalui Disperindagkop Kabupaten Purbalingga, dan juga melalui Bank Jateng,” kata Sutrisno.

Unardi

Alamat:

Kelurahan Purbalingga Wetan, Kecamatan Purbalingga, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah.